Antihistamin
Antihistamin adalah obat untuk meredakan gejala reaksi alergi seperti biduran, konjungtivitis alergi (mata merah berair), rinitis alergi, serta gatal akibat gigitan serangga.
Jenis, Merek Dagang, dan Dosis Antihistamin
Antihistamin dibedakan menjadi dua jenis, yakni antihistamin sedatif dan non sedatif. Berikut penjelasan mengenai berbagai jenis antihistamin, merek dagang, serta dosisnya.
1. Antihistamin sedatif
Antihistamin sedatif adalah antihistamin generasi pertama yang sering menyebabkan kantuk sebagai efek samping utama.
Contoh antihistamin sedatif dan merek dagangnya: chlorphenamine (Alleron), clemastine (Tavegyl), diphenhydramine (Otede, Arcodryl), doxylamine (Unisom), dan hydroxyzine (Bestalin)
Dosis antihistamin sedatif:
Chlorphenamine
Dewasa dan remaja: 4 mg setiap 4–6 jam sekali
Anak-anak 6–12 tahun: 2 mg setiap 3–4 jam sekali
Clemastine
Dewasa dan remaja: 1,34 mg 2 kali sehari atau 2,68 mg 1–3 kali sehari
Anak-anak 6–12 tahun: 0,67–1,34 mg 2 kali sehari
Diphenhydramine
Dewasa dan remaja: 25–50 mg setiap 4–6 jam sekali
Anak-anak 6–12 tahun: 12,5–25 mg setiap 4–6 jam sekali
Anak-anak 4–6 tahun: 6,25–12,5 mg setiap 4–6 jam sekali
Doxylamine
Dewasa dan remaja:12,5–25 mg setiap 4–6 jam sekali
Anak-anak 6–12 tahun: 6,25–12,5 mg setiap 4–6 jam sekali
Hydroxyzine
Dewasa: 25–100 mg setiap 3–4 jam sekali
Anak-anak 6 tahun ke atas: 12,5–25 mg setiap 6 jam sekali
Anak-anak 4–6 tahun: 12,5 mg setiap 6 jam sekali
2. Antihistamin non sedatif
Antihistamin non sedatif termasuk ke dalam golongan antihistamin generasi baru yang tidak akan menyebabkan kantuk separah antihistamin sedatif.
Contoh antihistamin non sedatif dan merek dagangnya: cetirizine (Cetinal, Cerini, Lerzin, Licidal, Ozen, Incidal), desloratadine (Delogista, Desdin, Deloris, Simdes, Destavell), fexofenadine (Telfast), dan loratadine (Alerhis, Claritin, Inclarin, Allohex, Desloratadine, Aerius)
Dosis antihistamin non sedatif:
Cetirizine
Dewasa: 5–10 mg 1 kali sehari
Anak-anak 6 tahun ke atas: 5–10 mg 1 kali sehari
Anak-anak 4–6 tahun: 2,5 mg 1 kali sehari. Dosis maksimal 5 mg.
Desloratadine
Dewasa dan anak-anak 12 tahun ke atas: 5 mg 1 kali sehari
Fexofenadine
Dewasa dan remaja: 60 mg 2 kali sehari atau 180 mg 1 kali sehari
Anak-anak 6–11 tahun: 30 mg 2 kali sehari
Loratadine
Dewasa dan anak-anak 6 tahun ke atas: 10 mg 1 kali sehari
Anak-anak 4–5 tahun: 5 mg 1 kali sehari
Antihistamin non sedatif umumnya merupakan pilihan terbaik, karena efek samping kantuknya lebih kecil. Namun, bila Anda mengalami reaksi alergi yang membuat susah tidur, antihistamin sedatif bisa menjadi opsi.
Apa Itu Antihistamin?
Apa itu antihistamin?
Golongan: Obat bebas dan obat keras
Kategori: Antihistamin reseptor H-1 dan H-2
Manfaat: Meredakan gejala reaksi alergi
Digunakan oleh:
Ibu hamil: Studi menunjukkan tidak ada bahaya pada janin saat ibu hamil mengonsumsi antihistamin. Biasanya loratadine direkomendasikan untuk mengatasi reaksi alergi pada ibu hamil. Tetap konsultasikan dengan dokter sebelum Anda minum obat selama kehamilan.
Ibu menyusui: Antihistamin dapat terserap ke ASI dalam jumlah kecil. Umumnya loratadine atau cetirizine aman diminum saat Anda menyusui. Konsultasikan terlebih dahulu pada tenaga kesehatan sebelum Anda minum antihistamin saat menyusui.
Anak-anak: Antihistamin sedatif dan non sedatif dapat digunakan untuk anak-anak usia 4 tahun ke atas. Dokter akan memberikan dosis yang sesuai dengan usia anak.
Bentuk obat: Tablet, kapsul, sirup
Peringatan Sebelum Menggunakan Antihistamin
Sebelum menggunakan antihistamin, Anda perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini:
Informasikan pada dokter bila Anda sedang mengonsumsi obat-obatan lain, termasuk obat resep dokter, obat bebas, suplemen atau vitamin, serta obat herbal.
Informasikan pada dokter bila Anda memiliki alergi obat-obatan.
Beri tahu pada dokter jika Anda memiliki penyakit ginjal, penyakit liver, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, atau penyakit prostat yang menyebabkan susah buang air kecil.
Informasikan dokter bila Anda menderita gangguan pernapasan (asma, emfisema), diabetes, glukoma, kejang-kejang, gangguan pencernaan atau usus, atau hipertiroid.
Obat ini dapat menyebabkan kantuk yang cukup berat. Pastikan Anda tidak berkendara atau mengoperasikan mesin yang membutuhkan kesadaran penuh setelah mengonsumsinya.
Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil atau menyusui.
Anak-anak dan lansia di atas 65 tahun lebih sensitif terhadap efek samping antihistamin. Diskusikanlah dengan tenaga medis terlebih dahulu sebelum memberikan mereka antihistamin.
Manfaat Antihistamin
Antihistamin bekerja untuk meredakan gejala alergi, termasuk biduran, rinitis, gatal-gatal, dan konjungtivitis (mata merah, gatal, dan berair).
Tubuh akan menciptakan zat kimia bernama histamin saat mengalami kontak dengan pemicu alergi.
Zat kimia ini menyebabkan jaringan di dalam hidung bengkak dan hidung jadi mampet, hidung dan mata berair, serta gatal-gatal. Antihistamin akan menghentikan zat histamin agar gejala alergi berkurang.
Cara Menggunakan Antihistamin dengan Benar
Minum antihistamin sebelum Anda terekspos pada pemicu alergi, misalnya hewan atau tumbuhan.
Antihistamin dapat diminum bersamaan dengan makanan untuk menghindari sakit perut.
Minum dengan air putih bila Anda mengonsumsi obat ini dalam bentuk tablet. Jangan kunyah atau hancurkan tablet karena berpotensi memperparah efek samping.
Kocok antihistamin sirup supaya tercampur rata. Gunakan sendok takar dalam kemasan untuk meminum dosis. Jangan gunakan sendok rumah karena dosis akan jadi kurang akurat.
Bila dokter menganjurkan untuk minum antihistamin setiap hari, minumlah di jam yang sama agar Anda mudah mengingatnya.
Jangan minum dosis ganda atau mengonsumsi dua jenis antihistamin sekaligus tanpa anjuran dokter.
Beri tahu dokter bila kondisi alergi berlangsung lebih dari 1 minggu dan makin parah. Anda juga perlu menginformasikan dokter kalau gejala alergi disertai sakit kepala yang tak kunjung hilang, demam, dan ruam. Hal ini bisa menjadi gejala penyakit yang lebih serius.
Interaksi Antihistamin dengan Obat Lain
Antihistamin dapat berinteraksi dengan obat maag dan gangguan pencernaan, serta obat batuk dan pilek yang juga mengandung antihistamin.
Antihistamin juga bisa berinteraksi dengan obat antidepresan, obat tidur, obat pelemas otot, obat untuk kejang, dan anestesi, termasuk anestesi gigi.
Jangan minum alkohol bila sedang mengonsumsi antihistamin karena akan memperparah efek samping kantuk.
Efek Samping dan Bahaya Antihistamin
Efek samping antihistamin sedatif
Mengantuk
Kurangnya koordinasi, reaksi, dan kelincahan
Mulut dan mata kering
Penglihatan kabur atau berkunang-kunang
Susah buang air kecil
Sembelit
Tekanan darah rendah
Efek samping antihistamin non sedatif
Sakit kepala
Mulut kering dan batuk
Sakit perut
Mual atau muntah
Mengantuk, meski tidak separah antihistamin sedatif
Segera periksa ke dokter bila Anda mengalami efek samping serius seperti sesak napas dan kejang-kejang.
Manfaatkan fitur Beli Obat dari Viva Apotek untuk mendapatkan obat yang Anda butuhkan. Ingat untuk selalu jaga kesehatanmu, ya!